Minggu, 20 Februari 2011

Rembulan Bertasyahud

Waaaaah….
Bagi orang yang sering memperhatikan cara bicaraku, atau sering lihat tulisanku (entah di mana pun), ya itulah salah satu pengungkapan ekspresiku. Ya, kata yang kulukiskan saat merasa ditipu, dijahili, atau ada yang berbuat lucu. Banyak sekali, untuk mengagumi suatu peristiwa atau meresapi satu keindahan benda dan makhluk pun kata itu ga jauh-jauh dari lidahku.

Bukan apapa. Kebetulan saja aku menikmati pemandangan yang indah. Sangat indah. Biasa, tapi jarang ternikmati. Ku sebut namanya “bulan”. Ya, malam ini sedang purnama, bulat penuh cahaya. Kalian mungkin tak paham apa yang kumaksud. Bukan ungkapan, tapi itu benar-benar bulan, purnama namanya. Kalian pernah menikmatinya?

Atau kalian anggap tulisan ini ga punya makna, ga penting, dan udah ketebak apa isinya. Silahkan!! Gapapa. Atau ini “alay” pun silahkan. Monggo…

Bulan, Purnama. Ya, betul malam ini aku jatuh cinta. Ya, karena memandang purnama. Kalian ga tau kenapa aku begini. Aku pun sebenarnya ga tau kenapa. Tapi, betul. Aku sedang jatuh cinta. Cinta. Waaaaah… jangan “alaiyin” saya. Kalian betul ga faham. Atau kalian bilang udah tau isinya. “enggakk”
Bulan, Purnama. “Aku cinta memandangmu malam tadi, sebelum kau dihapus hujan. Entah kenapa, sangat teduh memandangmu. Subhanallaah. Bukan apapa. Kebetulan ku temukan kau di atas saat aku pulang tadi malam. Sendirian. Ada apa? Betul tadi aku mencintaimu. Kau kesepian?”

Kau tak tau, bulan. Sungguh tadi ingin kunikmati bulatmu, sebelum hujan itu. Waaaah… bila kuingat, tadi betul kau mencerahkan. Hari ini aku banyak penat. Baru kali ini aku merasa tak sanggup lagi mengisi otakku, bulan. Kali ini otakku seperti batu yang diisi sesuatu. Sama aja, ga perlu.

Eh…kalian meng”alayalay” lagi. Jangan! Atau tinggalkan sajalah. Jangan lihat ke arah sini. Malu aku nanti.
Sepanjang perjalanan pulangku tadi, bulan. Aku lihat ke arahmu terus. Terus. Tak kulihat jalanku. Hanya percaya pada langkah kakiku. Betul aku senyum bahagia di tengah jenuh ini. Dan sepanjang itu kau di mataku. Atau aku ga tau, mungkin setelah tadi tersuntik sedikit ilmu. Ilmuku, mungkin kau tau. Ya, jangan remehkan aku bulan, tolonglah jangan. Aku masih cinta bulan.
Kalian mungkin ga tau. Ya, ini tulisan bukan untuk wawasan kalian. Bukan pula penutup haus dan lapar. Tapi, ingat! Ini pun bukan bahan tertawaan.

Sekali lagi kusebut. Jujur, aku memandangmu sepanjang perjalananku. Badanmu terlihat lebih besar cahayamu lebih terang dan tenang. Dua lingkaran tadi mengepungmu. Waaaahh…
Ada satu yang buat aku penasaran, bulan. Siapa di dalam perutmu. Siapa yang duduk di badanmu, bulan. Aku iri dengan dia. Dia di hatimu?

Kalian pun mungkin belum tau. Betul ada sesuatu di sana. Lihat sendiri. Kalau aku betul melihat sesuatu di bulan sana. Seperti ayat-ayat bergemul. Ayat-ayat yang sedang duduk di sana, tasyahud, ya seperti orang bertasyahud. Lihat sendiri kawan.

Ya, memang agak ga penting dan ga perlu. Tapi, bayangan itu semakin membuatku kagum. Ayat itu indah. Wajahnya lebih terang lagi. Betul. Begitukah wajah Rasul? (murni dugaanku). Tapi ku yakin lebih dari itu. Aku menerka-nerkamu.

Kalian mungkin ga percaya. Tapi, itulah imajinasi dari otakku. Bukan ngasal, tapi itu yang kulihat, jujur. Lihat saja bayangan hitamnya. Mungkin sama pandanganmu denganku.
Bulan, sungguh kau indah. Kau ciptaan tuhanmu, tuhanku juga. Allah. Dan sepanjang tadi kunikmati ciptaan-Nya. Sebagian kecil saja itu. Sungguh, tadi aku sangat kagum pada-Nya. Cinta. Ya, kuharap cinta dan bisa mencintai-Nya. Aku sungguh lemah untuk menyadari keberadaan-Nya. Bulan, kau membantu mengingat-Nya.

Untuk orang2 yang aku lupa kebaikannya juga, mohon maaf kalau lupa kacang pada kulitnya. Ya Allah, hamba lupa makhluk akan penciptanya..
Astaghfirullah….
(kalian mungkin ga faham)

@@@@*******

Tulisan sebelum UAS semester 3 minggu ke-dua.
Walau isi tak sesuai judul…
(Melihat Bayangan Bulan Bertasyahud)

STAN, 19 Februari 2011
Saiful Ragatna Berutu

1 komentar:

Qoriyanti mengatakan...

Tetap semangat!!!