Kamis, 01 Desember 2011

Belajar dari Mereka

Malam itu, aku keluar dari kos-kosan di mana aku tinggal hendak mencari makan. Maklum,saat itu perut masih diisi sekali. Ku langkahkan kaki menembus gulita, hendak mencari warung yang masih menjajakan jualannya. Seretan-seretan kakiku memecah heningnya malam. Suasana kali itu lumayan sepi, mengingat banyaknya anak kos yang pulang kampung. Liburan ni ceritanya.

Yak, tak lama melangkah ternyata
ku dapati warung goreng nasi, yang masih buka di antara beberapa warung yang ikut-ikutan libur. Ya langsung saja ku samperin.

“Assalamu’alaikum….” Kataku dalam hati, tapi tak dibalas. (ya iyalah)
“nasi gorengnya masih ada mas?” tanya ku.
“ada, kebetulan tinggal satu ni,” jawab pemilik warung sambil tetap mengaduk-aduk nasi berkecap dalam belanga.
“oo…ya udah mas, pessen satu, bungkus,” ku balas sambil melangkah ke arah kursi.

Aku pun duduk menunggu nasi goreng pesanan sambil mengecek notifikasi dari hape ku. ku otak-atik sejenak. Treng,treng,treng.. suara belanga yang tergesek sendok. Tak kalah juga suara api yang marak. (ssssrrrrr…..). si mas mengaduk-aduk nasi dengan tangannya yang kokoh.
Mulai lama menunggu, aku menoleh ke arah depan kanan ku. Waw…ku lihat sepasang laki-laki dan perempuan sedang bersama. Mesra sekali ku lihat mereka, sambil menaiki scooter (skuter) berdua. Sumpah mereka seperti tak tahu malu saja kupikir.

Si laki di belakang si wanita. Kini skuternya mulai diayun dan berjalan pelan. Tanpa pikir panjang, tangan si laki merangkul tubuh si wanita. Tak sempat beristighfar ku perhatikan terus tingkah laku mereka. Tampaknya mereka asyik sekali menikmatinya. Sungguh indah dipandang mata.

Beberapa menit berlalu, mereka sudah ntah berapa kali bolak-balik di lingkaran bola mataku. Ke kanan, ke kiri, tetap saja mataku mengikuti arah gerak mereka. Nasi yang tadi ku pesan pun sudah mulai ku lupakan. Maklum, hal menarik sedang menghibur hatiku.


(Ketlelelelpraakk…tunggg..tonggg…plakk…dummm breenggg)

Bah…mereka terjatuh dari skuter mini itu. Kira-kira dua meterlah dari tempat dudukku. Hendak menolong tapi hati enggan berbuat. Sedikit kuat memang benturan mereka kelantai bumi, tapi dengan hebatnya mereka tidak menangis, apalagi pingsan. “Ckckck…perkasa amat.” Tangkas ku di hati sambil fokus menatap mereka.

Ya gimana mau nangis, orang sang bundanya langsung tertawa di belakangnya sambil bertepuk tangan.

“Horeee…horeee….hore.eee..” bilangnya sambil terus menepuk tangan dengan lambat.

Tak habis fikirku, sepasang insan tadi pun mengikuti alunannya.

“Horeee…horeee…horeee..” serentak mereka bicara dan ikut menepuk tangan.
“Ayo difoto dulu, difoto dulu..” tiba-tiba seorang anak membawa kamera dan menjeprat-jepret muka mereka.

Dengan gayanya, pasangan tadi berfose di depan kamera tanpa rasa malu, malah gembira.

“Horeee…horeee…horeee..” mereka masih ingat lagu baru itu dengan tepuk tangan yang sama.
“Maaannntaaapp…subhanallah,” ku memuji di hati.

Betapa aku kagum dengan mereka. Aku dapat pelajaran berharga sesaat itu. Oh, inspirasi yang tak sengaja ku terima. Mereka masih kecil, kira-kira si laki 3,5 tahun dan si cewek pun masih 5 tahun. Tapi mereka punya jiwa yang perkasa.

Mereka sangat mencintai saudaranya, dengan bersama megarungi hidup (scooter) dan bersama pula merasakan pahitnya saat terjatuh. Mereka masih kecil. Ya, dalam menjalani hidup kita harus punya cinta yang tulus pada saudara kita. Senasib sepenanggungan di kala senang maupun susah.

Mereka tak mudah meluapkan emosi (menangis) ketika mereka terpukul. Akan tetapi mereka menerima saran (menyanyi dan bertepuk tangan) dari orang lain yang ternyata berakibat baik bagi mereka. Mereka masih kecil. Betul, kita sebaiknya mendengar nasihat orang lain saat kita mengalami masalah. Mungkin itu lebih baik bagi kita ketimbang kita terburu-buru mengambil tindakan yang mungkin berakibat fatal.

Mereka tetap tersenyum saat terjatuh malah menciptakan strategi baru (berfose/bergaya) mengatasi masalah itu. Dan betul, setiap masalah harus kita pecahkan dengan strategi yang matang dan kepala dingin. Ingat!!! Mereka masih kecil.

Sekarang, apa yang harus kita perbuat? Kita ini lebih dewasa daripada mereka. Dewasa dalam berfikir maupun dewasa dalam bertindak. Seharusnya kita bisa memperbaharui kualitas hidup dengan niat, persaudaraan, pengaruh orang lain, ketenangan, kesabaran, dan strategi dalam mencapai tujuan hidup dengan tak lupa mengandalkan kekuatan-Nya.
Ya, begitu saja inspirasi singkat itu. Kita sendiri yang mengambil hikmahnya.

“Ni dek, nasi gorengnya udah mateng,” sapa si mas nasgor dengan menyodorkan kantong plastik berisi.
“Oh, iya mas, makasih,” jawabku sambil menyuguhkan uang Rp 6.500,00.

MURAH KAN….!!!
:) :) :)

0 komentar: